Selasa, 17 Juli 2012

OBSERVASI SEBAGAI ALAT EVALUASI


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam evaluasi ada dua teknik yang sangat mendasar yang dijadikan sebagai acuan dalam sebuah evaluasi hasil belajar. Kedua teknik tersebut ialah teknik tes dan teknik nontes.
Teknik tes dalam evaluasi dapat berupa ujian lisan, tes tindakan dan ujian secara tertulis. Sementara teknik nontes dapat berupa observasi, wawanvara, angket, dan analisis dokumen.
Salah satu dari teknik nontes tadi ialah observasi. Disini pemakalah mencoba menguraikan seberapa jauh observasi dapat dijadikan sebagai alat evaluasi, serta segala hal-hal yang terkait dengan observasi.











BAB II
ISI

A.  Pengertian Observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.[1]
Dalam sumber lain dikatakan bahwa observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Cara atau metode tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh individu, dan membuat pencatatan-pencatatan secara objektif mengenai apa yang diamati. Cara dan metode tersebut dapat juga dilakukan dengan menggunakan teknik dan alat-alat khusus seperti blangko-blangko, cheklist, atau daftar isian yang telah dipersiapkan sebelumnya.[2] Dengan demikian, secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Observasi yang direncanakan, terkontrol.
2.      Observasi informal atau tidak direncanakan lebih dahulu.
Pada observasi yang direncanakan, biasanya pengamat menggunakan blangko-blangko daftar isian yang tersusun, dan di dalamnya telah tercantum aspek-aspek ataupun gejala-gejala apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan.

Adapun pada observasi informal, pada umumnya pengamat belum atau tidak mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan itu. Aspek-aspek atau peristiwanya tidak terduga sebelumnya. Misalnya pengamatan yang dilakukan guru terhadap murid-murid di dalam kelas ketika mereka sedang mengerjakan suatu mata pelajaran tertentu atau ketika murid-murid sedang bermain pada jam istirahat.
B.  Kedudukan Observasi Di Dalam Evaluasi
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar; misalnya tingkah laku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran di kelas.[3]
Observasi merupakan metode langsung terhadap tingkah laku di dalam situasi sosial; dengan demikian merupakan bantuan yang vital sebagai suatu alat evaluasi.
Melalui observasi, deskripsi objektif dari individu-individu dalam hubungannya yang aktual satu sama lain dan hubungan mereka dengan lingkungannya dapat diperoleh. Dengan mencatat tingkah laku dan ekspresi mereka yang timbul secara wajar, tanpa dibuat-buat, teknik observasi menjamin proses pengukuran (evaluasi) itu tanpa merusak atau mengganggu kegiatan-kegiatan normal dari kelompok atau individu yang diamati. Data yang dikumpulkan melalui obsevasi mudah diterima dan dapat diolah dengan teknik statistik konvensional.[4]

Jenis-jenis situasi sosial yang dapat diselidiki dengan observasi sangat luas, mencakup bermacam penelitian mengenai tingkah laku fisik, sosial, dan emosional, dari mulai TK, SD, SM, sampai kepada pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa.
Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar bersifat keterampilan atau skill. Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap murid-murid: bagaimana caramengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, dan lain sebagainya. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang di dalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari keterampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membubuhkan chek atau skor menurut standar yang telah ditentukan.[5]
C.  Situasi Di Dalam Observasi
Yersild dan Meigs membagi situasi-situasi yang dapat diselidiki melalaui observasi langsung itu menjadi tiga macam, yaitu:[6]
1.      Situasi bebas,
2.      Situasi yang dibuat, dan
3.      Situasi campuran
Pada situasi bebas, klien yang diamati dalam keadaan bebas, tidak tertanggu, dan tidak mengetahui bahwa Ia atau Mereka sedang diamati. Dengan observasi terhadap situasi bebas, pengamat dapat memperolah data yang sewajarnya atau tingkah laku seseorang atau kelompok yang tidak dibuat-buat.
Pada situasi yang dibuat, pengamat telah sengaja membuat atau menambahkan kondisi-kondisi atau situsi-situasi tertentu, kemudian mengamati bagaimana reaksi-reaksi yang timbul dengan adanya kondisi atau situasi yang sengaja dibuat itu. Misalnya dengan memberikan sesuatu yang dapat menimbulkan frustasi. Observasi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan termasuk ke dalam jenis situasi yang dibuat.
Situasi campuran adalah situasi dalam observasi yang merupakan gabungan dari kedua macam situasi tersebut di atas.
Tujuan-tujuan evaluasi dalam rangka pendidikan pada umumnya untuk menilai pertumbuhan dan kemajuan murid dalam belajar, bagaimana perkembangan tingkah laku dan penyesuaian sosialnya, minat dan bakatnya, dan seterusnya.
D.  Validitas Observasi
Di dalam evaluasi validitas merupakan salah satu syarat yang terpenting bagi suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi disebut (valid) jika ia dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. Disamping itu, kita harus mengetahui pula bahwa tingkat validitas suatu alat atau teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diukur atau dinilai. Suatu teknik evaluasi dapat mempunyai validitas yang berbeda-beda jika dipergunakan untuk mengukur tujuan kegiatan belajar yang berlainan.[7]
Validitas suatu teknik observasi sangat bergantung pada kecakapan, pengertian, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.
Maka untuk menjaga tetap adanya validitas observasi yang dilakukan, guru hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
1.      Pencatatan di dalam observasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin, jangan dibiarkan peristiwanya terlalu lama sehingga, dengan demikian, bagian-bagian yang penting tidak terlupakan dan pencatatan dapat lebih objektif.
2.      Observer atau pengamat harus selalu sadar akan adanya bahaya dari misinterprestasi yang timbul karena kekacauan atau kurang pahamnya membedakan mana yang berupa gejala dan mana yang berupa sebab-sebab.
3.      Generelasi dari observasi baru dapat diterima atau dilakukan  berdasarkan penelitian yang sangat berhati-hati, dan didasarkan atas sampel yang luas. Jika tidak demikian, generalisasi dapat merupakan suatu kesimpulan yang keliru dan tidak benar.
4.      Last but not least, signifikansi hasil observasi sangat bergantung pada kecakapan, pemahaman, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.
E.  Interprestasi Data Observasi 
Pada penilaian yang dilakukan dengan teknik observasi, waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data dapat lebih singkat dari pada waktu yang diperlukan untuk menganalisis atau mengolah data. Hal ini bergantung pada tujuan dan teknik observasi yang dipergunakan.[8]
Menganalisis data observasi dapat memerlukan waktu yang tidak lama jika observasi yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan frekuensi-frekuensi kegiatan tertentu. Misalnya observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka evaluasi kegiatan-kegiatan praktek atau keterampilan murid-murid dalam mengerjakan pelajaran mengelas atau mengesol sepatu. Dalam hal ini guru menggunakan daftar isian atau rating scale, yang di dalamnya telah tercantum jenis-jenis aspek kegiatan yang harus dinilai.


Akan tetapi, untuk observasi yang bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses tingkah laku murid yang fundamental, seperti yang biasa dilakukan oleh konselor sekolah dalam rangka bimbingan dan penyuluhan, waktu yang diperlukan untuk mengolah atau menganalisis data pada umumnya lebih lama. Dalam hal terakhir ini pengolahan data harus didasarkan atas hasil-hasil observasi yang cukup banyak dan dilakukan berkali-kali. Mungkin pengamat masih memerlukan pula data yang diperoleh orang lain, dan di dalam penginterprestasiannya mungkin diperlukan pula pendapat atau teori-teri lain yang telah dikembangkan oleh para ahli dalam bidang ini.
F.   Kelebihan dan Kelemahan Data Observasi
Beberapa kelebihan dari data observasi dalam bidang evaluasi tertentu antara lain sebagai berikut:
1.      Data observasi itu diperoleh langsung dilapangan, yakni dengan jalan melihat dan mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu, sehingga dengan demikian data etrsebut dapat lebih bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang senyatanya.
2.      Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik; dengan demikian maka di dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau hanya menekankan pada salah satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar mereka.
Adapun kelemahan dari observasi adalah sebagai berikut:
1.      Observasi sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh para pengajar. Guru yang tidak atau kurang memiliki kecakapan atau keterampilan dalam melakukan observasi, maka hasil observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya. Untuk menghasilkan data observasi yang baik, seorang guru harus mampu membedakan antara; apa yang tersurat, dengan apa yang tersirat.
2.      Kepribadian dari observer atau evaluator juga acapkali mewarnai atau menyelinap masuk ke dalam penilaian yang dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang mungkin melekat pada diri observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkannya secara tegas mengenai tingkah laku peserta didik yang diamatinya.
3.      Data yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “Kulit luar”nya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamatan itu belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan melakukan observasi saja. Kerena itu observasi harus didukung dengan cara-cara lainnya, misalnya dengan melakukan wawancara.











BAB III
PENUTUP

            Observasi merupakan salah satu alat atau teknik penilaian di damping alat-alat atau teknik-teknik yang lain.
            Pada umumnya, untuk menilai hasil belajar siswa di sekolah, guru mempergunakan bermacam-macam bentuk achievement test, seperti oral test, esay test, dan objektive test atau short-answer test. Namun, untuk menilai proses dan hasil belajar yang bersifat keterampilan, kita tidak dapat menggunakan tes tertulis ataupun lisan (tidak sesuai), tetapi harus dengan performance test yang berupa praktek. Untuk keperluan itu, observasi memegang peranan penting sebagai alat evaluasinya. 











DAFTAR PUSTAKA


Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada. 2007
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-perinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung; Remaja Karya. I998

Suryatna Rafi’i, Teknik Evaluasi, Bandung; Angkasa. 1985



[1] Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada. 2007. Hal 76
[2] M. Ngalim Purwanto, Prinsip-perinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung; Remaja Karya. I998. Hal 149
[3] Ibid. Hal 150
[4] Ibid
[5] Ibid
[6] Ibid
[7] Ibid. Hal 152
[8] Ibid. Hal 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar