BAB I
PENDAHULUAN
Hadirnya
Nabi Muhammad pada masyarakat Arab membuat terjadinya kristalisasi pengalaman
baru dalam dimensi ketuhanan yang mempengaruhi segala aspek kehidupan
masyarakat, termasuk hukum-hukum yang digunakan pada masa itu.
Berhasilnya
Nabi Muhammad SAW dalam memenangkan kepercayaan yang dianut bangsa Arab. Dalam
waktu yang relatif singkat beliau mampu memodifikasi jalan hidup orang-orang
Arab.
Sebagaian
dari nilai dan budaya Arab pra-islam, dalam beberapa hal diubahnya dan ada pula
yang diteruskan oleh masyarakat Nabi Muhammad ke dalam tatanan moral Islam.
Hadirnya
Nabi Muhammad, sedikit demi sedikit merubah budaya-budaya yang tidak
memanusiakan manusia dalam artian budaya yang mengarah pada keburukan menjadi
budaya-budaya yang mengarah kepada kebaikan dalam payung Islam.
Budaya-budaya
yang mengarah kebaikan yang dibawa Nabi Muhammad pada akhirnya menghasilkan
peradaban yang luar biasa pada zamannya. Yang mana muara dari peradaban itu
semua ialah Islam.
Islam
sangat berperan penting dalam menciptakan peradaban yang luar biasa yang
tercipta pada masa zaman Nabi Muhammad. Dan aktor penting di balik itu semua
tidak lain ialah Nabi Muhammad sendiri. Nabi Muhammad tidak hanya sebagai Nabi
melaikan ia juga memerankan sebagai pengajar, pendidik, pemimpin, pemimpin
militer, politikus, reformis, dan lain-lain.
BAB II
Sejarah
Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW
A.
Nabi Muhammad SAW
Sebelum kita membahas segala yang berhubungan
dengan peradaban pada masa Rasulullah. Ada baiknya kita membahas terlebih
dahulu tentang Nabi Muhammad dan kehidupannya. Ini penting untuk kita ketahui
karena Nabi Muhammadlah aktor penting di balik terciptanya peradaban islam yang
luar biasa itu.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tahun gajah, tahun
ketika pasukan gajah Abrahah mengalami kehancuran.[1]
Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M (12 Rabiul Awal). Beliau lahir
tidak jauh dari ka’bah. Ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika beliau masih
dalam kandungan, sementara ibunya Aminah wafat sewaktu ia berusia 6 tahun.
Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama dua tahun, dan ia diasuh oleh
pamannya Abu Thalib.
Merupakan suatu kebiasaan di antara orang-orang
kaya dan kaum bangsawan Arab bahwa ibu-ibu mereka mengirimkan anak-anak mereka ke
pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan disana. Begitu pula Nabi Muhammad, setelah
diasuh beberapa lama oleh ibunya, beliau dipercayakan kepada Halimah dari suku
Banu Sa’ad untuk diasuh dan dibesarkan.
Nabi Muhammad berada dalam asuhan Halimah hingga
beliau berusia 6 tahun, lalu beliau dikembalikan ke ibunya Aminah. Pada saat
ibunya membawanya untuk menziarahi makam ayahnya di madinah, ditengah
perjalanan, tepatnya di Abwa, ibunya menderita sakit dan menghembuskan nafas
yang terakhir di sana. Dengan demikian pada usianya 6 tahun, Nabi Muhammad
sudah kehilangan kedua orang tuanya.
Dalam usia muda, Nabi Muhammad hidup sebagai
pengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk mekah. Melalui kegiatan
pengembalaan ini, dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Pemikiran
dan perenungan ini membuat beliau jauh dari segala pemikiran nafsu duniawi,
sehingga beliau terhindar dari berbagai macam noda yang dapat merusak namanya.
Selain mengembala beliau juga berdagang, ketika
beliau tinggal bersama pamannya Abu Thalib, beliau mengikuti pamannya itu
berdagang ke negeri Syam, sampai beliau dewasa dan dapat berdiri sendiri. Dalam
perjalanan itu, dibushra, sebelah selatan Syria (Syam) ia bertemu dengan
pendeta Kristen bernama buhairah. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian pada
diri Nabi Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Pendeta itu
menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki Syria, sebab
dikhawatirkan orang-orang yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat
jahat terhadapnya.[2]
Sebagai seorang pemuda beliau tidak mengikuti
kebiasaan masyarakat di kala itu, yaitu minum khamar, berjudi, mengunjungi
tempat-tempat hiburan dan menyembah berhala. Beliau sangat populer dikenal
sebagai seorang pemaaf, rendah hati, berani, dan jujur, sehingga ia dijuluki
Al-Amin.
Ketika Nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau
berangkat ke Siria membawa barang dagangan seorang saudagar wanita kaya raya
yang telah lama menjanda, Khadijah. Dalam perdagangan ini, Nabi Muhammad
memperoleh laba yang besar. Khadijah kemudian melamarnya. Lamaran itu diterima
dan pernikahanpun segera dilaksanakan. Ketika itu Khadijah berumur 40 tahun.
Dalam perkembangan selanjutnya, Khadijah adalah
wanita pertama masuk Islam dan banyak membantu Nabi Muhammad dalam perjuangan
menyebarkan Islam. Pernikahan itu dikarunia enam orang anak, dua putra dan
empat putri: Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Kedua
putranya meninggal waktu kecil. Nabi Muhammad tidak menikah lagi sampai
Khadijah meninggal dunia.
B.
Gambaran Umum Dari Sifat Nabi Muhammad SAW
1.
Nabi Muhammad adalah seorang yang mempunyai akhlak
yang sempurna
Sungguh Nabi Muhammad adalah ushwatun hasanah.
Akhlaknya sebagai contoh bagi pribadi seseorang maunpun masyarakat umum.[3]
Akhlak beliau telah begitu mulia semenjak beliau diciptakan atau dilahirkan,
sehingga masyarakat menjulukinya sebagai Al-Amin. Tak seorang pun menilai
beliau seorang yang pendusta ataupun penghianat.
2.
Jujur
Jujur adalah salah satu akhlak yang wajib dimiliki
oleh manusia. Oleh karena itulah Allah SWT berbicara dalam Al-Qur’an tentang
sifat ini. Allah SWT berfirman:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
(#qà)®?$# ©!$#
(#qçRqä.ur
yìtB
úüÏ%Ï»¢Á9$# ÇÊÊÒÈ
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.
Ayat diatas sebagai dalil bahwasannya masyarakat
muslim wajib mempunyai sifat ini, karena jujur merupakan kunci segala kebaikan.[4]
Dan Nabi Muhammad adalah contoh yang sempurna dalam hal ini. Sampai sebelum
beliau diutus saja beliau sudah bersifat jujur sehingga masyarakat Arab
menjulukinya Al-Amin.
3.
Kasih Sayang
Kasih sayang adalah salah satu dari sifat-sifat
Allah SWT. Dan kasih sayang yang sangat besar diberikan Allah SWT kepada
umatnya ialah dengan mengutus Nabi Muhammad kepada ummatnya, untuk membawa
manusia dari kegelapan menuju cahaya Islam. Tidak diragukan lagi bahwasannya
Nabi Muhammad juga memiliki sifat kasih sayang, ini dapat dilihat dari
bagaimana ia memperlakukan anak kecil, orang-orang yang lemah, para wanita, dan
lain-lainnya.
4.
Adil
Tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad adalah
seorang yang adil. Ini dapat dilihat dari bagaimana ia menghakimi sebuah
perkara dalam masyarakat Islam.
5.
Mulia
Sebagai seorang Nabi, sifat mulia sangatlah
melekat di dalam diri Nabi muhammad. Ia merupakan contoh yang sempurna bagi
seluruh ummat.
C.
Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Peradaban Islam pada masa Rasulullah SAW yang
paling dasyat dan fenomenal adalah perubahan sosial. Suatu perubahan yang
mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas manusia yang beradab. Peradaban
pada masa Rasulullah SAW dilandasi dengan asas-asa yang diciptakan sendiri oleh
Rasulullah SAW di bawah bimbingan wahyu yaitu Islam. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan Masjid
Quba’
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah
menuju Madinah, orang-orang Anshar yang tak lain adalah kaum Aus dan Khazraj
menanti dengan antusias kedatangan Rasulullah SAW. Tatkala Rasulullah SAW tiba,
mereka keluar rumah dan menyambutnya dengan penuh suka cita. Rasulullah SAW
berhenti di Quba’ selama lima hari. Di Quba’ inilah Rasulullah SAW mendirikan
masjid yang kemudian dikenal dengan sebutan masjid Quba’. Ini adalah masjid
pertama yang dibangun setelah masa kenabian.
2. Pembangunan Masjid
Nabawi
Dikisahkan bahwa unta tunggangan
Rasulullah SAW berhenti di suatu tempat. Maka Rasulullah SAW memerintahkan agar
di tempat itu dibangun sebuah masjid. Rasulullah ikut serta dalam pembangunan
masjid tersebut. Beliau mengangkat dan memindahkan batu-batu masjid itu dengan
tangannya sendiri. Saat itu kiblat dihadapkan ke Baitul Maqdis.[5]
Tatkala pembangunan masjid selesai,
Rasulullah memasuki pernikahannya dengan Aisyah pada bulan Syawal. Sejak saat
itulah Yatsrib dikenal dengan Madinatur Rasul atau Madinah Al-Munawwarah. Kaum
muslimin melakukan berbagai aktivitasnya di dalam masjid ini baik itu
beribadah, belajar, memutuskan perkara mereka, berjual beli, dan lain
sebagainya. Tempat ini menjadi faktor yang mendekatkan di antara mereka.
3. Tegaknya Keadilan
Misi Rasulullah SAW yang utama ialah
memperbaiki moral dan masyarakat dan menegakkan sebuah sistem kemasyarakatan
berlandaskan keadilan yang jauh dari penindasan. Nabi ingin menciptakan suatu
masyarakat yang penuh keadilan dan penuh kasih sayang. Ketika Nabi ingin
mendirikan masyarakat seperti itu beliau berhadapan dengan musuh-musuh keadilan
dan musuh-musuh kasih sayang. Oleh karena itu, keterlibatan Nabi dalam politik
hanyalah sejauh menentang ketidak adilan dan kezaliman.[6]
Beliau membuat konstitusi berdasarkan
musyawarah dengan orang Yahudi, Nashara, dan orang kafir yang tidak beragama.
Semua membangun hidup di kota Madinah. Kalau orang Yahudi diserang, orang lain
akan membantu; dan kalau orang Islam diserang, yang lain pun akan membantunya.
Madinah menjadi kota pluralitis yang dimiliki oleh berbagai agama.[7]
Satu hal yang terus ditegakkan oleh Nabi
di kota Madinah ialah keadilan, termasuk keadilan terhadap golongan lain. Dalam
Al-Quran surah Al-maidah disebutkan:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä
(#qçRqä.
úüÏBº§qs%
¬!
uä!#ypkà
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
( wur
öNà6¨ZtBÌôft
ãb$t«oYx© BQöqs%
#n?tã
wr&
(#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$#
uqèd
Ü>tø%r&
3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur
©!$#
4 cÎ)
©!$#
7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman
hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat diatas menunjukakan bahwa perjuangan
yang harus dilakukan adalah menegakkan keadilan. Reformasi pertama yang
dilakukan Rasulullah SAW adalah merubah masyarakat yang berdasarkan penindasan
kepada masyarakat yang berdasarkan keadilan. Salah satu unsur masyarakat yang
berdasarkan keadilan adalah masyarakat yang tunduk kepada hukum. Semua orang
tunduk kepada hukum; tidak ada orang yang bisa lepas dari ketentuan hukum.
4. Persaudaraan
Antara Kaum Muhajirin dan Anshar
Rasulullah SAW mempersaudarakan di antara
kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga
istri-istri dan harta mereka. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat dari pada
hanya persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini,
Rasulullah SAW telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai
pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.
5. Kesepakatan Untuk
Saling Membantu Antara Kaum Muslimin dan Non-Muslimin
Di Madinah ada tiga golongan manusia. Kaum
muslimin, orang-orang Arab, serta kaum Non-Muslimin dan orang-orang Yahudi
(Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa’). Rasulullah SAW melakukan satu
kesepakatan dengan mereka untuk terjadinya sebuah keamanan dan kedamaian. Juga
untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu dan toleransi di antara
golongan tersebut.
6. Terbangunnya Umat
Yang Berideologi Islam
Selain mereformasi keadilan, Rasulullah
SAW juga mengubah masyarakat dari sistem sosial yang berdasarkan kesukaan,
kekeluargaan, dan kelompok menjadi komunitas yang berdasarkan ideologi Islam:
dari perasaan kekabilahan ke sebuah sistem yang berdasarkan pada ikatan
keislaman atau ukhuwwah islamiyyah. Nabi mengubah masyarakat yang diikat oleh
kesetiaan kepada kelompok menjadi masyarakat yang setia kepada Islam: dari
kehidupan yang berdasarkan semangat suku dan fanatisme kelompok kepada
kehidupan yang didasarkan pada persaudaraan Islam.
Dalam masyarakat Arab zaman jahiliah,
orang-orang bergabung tidak dalam suku bangsa, tetapi dalam kabilah atau
keluarganya masing-masing. Misalnya, dalam kabilah Bani Kinanah, Bani Quraisy,
dan Bani Kilab. Kesetiaan seseorang bergantung pada kabilahnya. Kalau ada tamu
datang kepada satu kabilah, tamu itu bukan saja menjadi tamu bagi seseorang,
melainkan juga bagi seluruh kabilah itu. Orang yang memusuhi seseorang dalam
suatu kabilah, bukan saja menjadi musuh bagi seseorang tersebut, melainkan juga
musuh bagi seluruh anggota kabilah itu. Kalau ada orang yang terbunuh di antara
mereka, seluruh kabilah akan membelanya. Tidak jadi persoalan apakah orang itu
benar atau salah.
Nabi mengajari bangsa Arab untuk
meninggalkan seluruh kabilah itu. Mereka harus mencari perlindungan yang satu
saja, yaitu Allah SWT. Dengan kedatangan Nabi, semua kabilah yang banyak itu
seakan-akan disuruh memilih antara dua kabilah saja, “kabilah” Allah SWT dan
kabilah selain AllahSWT.
Al-Qur’an menyebut kabilah selain Allah
SWT itu sebagai Thaghut. Allah SWT adalah Maula buat orang-orang mukmin. Dalam
surah Muhammad Allah SWT berfirman:
y7Ï9ºs
¨br'Î/
©!$#
n<öqtB tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
¨br&ur
tûïÍÏÿ»s3ø9$#
w
4n<öqtB
öNçlm;
ÇÊÊÈ
Artinya: yang demikian itu
karena Sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena
Sesungguhnya orang-orang kafir itu tidak mempunyai Pelindung.
Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang
yang masuk Islam harus meninggalkan kesetiaan kepada kabilah-kabilah. Kesetian
mereka itu harus dipersembahkan kepada satu maula saja yaitu Allah SWT.
Inilah reformasi kedua yang dilakukan oleh
Nabi: mengubah masyarakat dari kesetiaan kepada kelompok dan keluarga menjadi
kesetiaan kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan kaum Mukmin.
Allah SWT menunjuk Rasul-Nya sebagai wakil
Tuhan di bumi ini dan komunitasnya adalah orang-orang beriman. Dasar yang
mengikat kesetian kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya adalah kalimat syahadat:
“Asyhadu an la ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”.[8]
7. Peletakan
Asas-asas Politik, Ekonomi, dan Sosial
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya
jika di dalam negara diletakkan dasar-dasar Islam. Rasulullah SWT dengan segala
usahanya telah membentuk kota Madinah
dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama. Terjadi
sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas yang erat di antara
anggota masyarakatnya. Dengan demikian, berarti bahwa inilah masyarakat Islam
pertama yang dibangun Rasulullah SAW dengan asas-asasnya yang abadi.
Secara sistematik, proses peradaban yang
dilakukan oleh Nabi pada masyarakat Islam di Yatsrib adalah: Pertama,
Nabi Muhammad SAW mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinah Ar-Rasul,
Madinah An-Nabi, atau Madinah Al-Munawwarah). Perubahan yang bukan terjadi
secara kebetulan, tetapi perubahan nama yang menggambarkan cita-cita Nabi
Muhammad SAW, yaitu membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan maju, dan
berperadaban. Kedua, membangun masjid, membangun masjid. Masjid bukan
hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana
penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan
masalah-masalah yang dihadapi. Di samping itu, masjid juga menjadi pusat
kegiatan pemerintahan. Ketiga, Nabi Muhammad SAW membentuk kegiatan
mu’akhat (persaudaran), yaitu mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan Anshar.
Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan dan
kekeluargaan. Nabi Muhammad SAW membentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan seagama, di samping bentuk persaudaraan yang sudah ada sebelumnya,
yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah. Keempat, membentuk
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Dan Kelima,
Nabi Muhammad SAW membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi
gangguan-gangguan yang dilakukan oleh musuh.[9]
D.
Sisi Lain Dari Rasulullah SAW
1.
Rasulullah SAW Adalah Seorang Reformis
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa
misi Rasul yang utama ialah memperbaikai moral masyarakat dan menegakkan sebuah
sistem masyarakat yang berlandaskan keadilan. Lalu apa reformasi yang dilakukan
oleh Rasulullah SAW? Reformasi Rasul ialah berupaya untuk menegakkan sebuah
sistem masyarakat berdasarkan keadilan. Rasul tidak pernah berteriak-teriak
ingin mendirikan negara Islam. Rasul tidak pernah bersabda “marilah kita
berjuang mendirikan negara Islam”.
Reformasi yang dilakukan Rasulullah SAW tidak
bertujuan membentuk partai atau mendirikan negara Islam. Tujuan reformasi
Rasulullah SAW ialah menegakkan keadilan, menentang kezaliman, dan melawan
penindasan. Seluruh ajaran Islam yang berkaitan dengan politik tidak ada
hubungannya dengan posisi dalam pemerintahan. Kegiatan orang Islam memasuki
kegiatan politik hanya untuk menegakkan keadilan dan menumbangkan kezaliman.
Rasulullah SAW adalah seorang reformis yang
ideologinya adalah keadilan, dan yang ditentangnya, sampai beliau melakukan
peperangan, adalah kezaliman dan penindasan. Itulah reformasi Rasulullah SAW
yang pertama, menumbangkan kezaliman dan menegakkan keadilan. Rasulullah SAW
meletakkan keadilan di atas segala-galanya.
Reformasi yang kedua yang dilakukan Rasulullah SAW
adalah mengubah masyarakat dari sistem sosial yang berdasarkan kesukaan,
kekeluargaan dan kelompok menjadi komunitas yang berdasarkan ideologi Islam.
Dan ini telah dijabarkan sebelumnya di atas.
2.
Rasulullah SAW Adalah Seorang Pemimpin Politik
Rasulullah SAW adalah pemimpin kaum muslimin
secara politik dan militer. Beliaulah yang membawa mereka memetik kemenangan
demi kemenangan.
Sukses tidaknya seorang peminpin politik,
tergantung pada banyak hal. Seorang pemimpin harus memenuhi hal-hal berikut:[10]
1. Bisa memahami seluruh
sendi gerakan dakwah yang ia pimpin, mempercayai kebenarannya, dan meyakini
kemenangannya. Akhlak dan perbuatannya juga harus merupakan cerminan dari apa
yang sedang didakwahkan, sehingga, segala perbuatannya bisa mendukung
kesuksesan dakwah. Tidak malah membuat celah bagi musuh-musuhnya untuk menyerang.
2. Mampu menyampaikan
dan meyakinkan seluruh ajaran dakwahnya kepada umat secara terus-menerus.
3. Sanggup membina,
mengatur, dan mengarahkan seluruh orang yang mau dan telah menyambut dakwah.
4. Dapat menciptakan
rasa saling percaya antara peminpin dan yang dipimpin.
5. Mengetahui sisi-sisi
kemampuan para pengikutnya.
6. Dapat menyelesaikan
berbagai masalah.
7. Mempunya pandangan
yang luas dan jauh.
8. Bisa membawa
pengikutnya menuju kemenangan.
9. Teliti dan tepat
dalam membangun negara, sebagai wadah politiknya, sehingga wadah itu bisa
selalu berkembang, dan bertahan dalam waktu yang lama.
Demikainlah kiranya, ciri-ciri kesuksesan seorang
pemimpin politik. Dalam sejarah, tidak ada yang sesempurna Nabi Muhammad SAW.
Kesempurnaan beliau, dalam hal ini merupakan satu bagian kesempurnaan beliau
yang banyak. Kesempurnaan, kesuksesan, kemenangan, keistiqomahan langkahnya dan
datangnya dukungan dari Allah SWT, adalah bukti bahwa beliau benar-benar utusan
Allah SWT, yang mendapat pembinaan dan perlindungan langsung dari Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Rasulullah
SAW dengan segala kesempurnaannya telah mampu menciptakan sebauh negara yang
berlandaskan Islam. Tentu ini tidak diraih dengan mudahnya, butuh perjuangan
yang banyak dan sangat dari Rasulullah SAW sendiri dan juga para kaum muslimin
saat itu.
Begitu
dasyat perjuangan yang dilakukan Rasulullah SAW dan para kaum muslimin dalam
menciptakan sebuah peradaban yang berlandaskan Islam ini. Meskipun pada
hakikatnya ini bukanlah tujuan dari diutusnya Rasulullah SAW, melaikan ialah
untuk menyempurnakan Akhlak umatnya. Namun secara tidak langsung dari usaha
membentuk penyempurnaan akhlak itu tercipta lah manusia yang bermoral dan
berideologikan Islam dengan segala substansinya. Dan hasil akhir dari usaha itu
adalah terwujudnya suatu peradaban yang bermoral di dalam masyarakat yang
berlandaskan Islam.
Dari
apa yang diuraikan diatas dapatlah kiranya kita mengambil ikhtibar dalam
perjalanan membentuk suatu masyarakat yang bermoral. Sebuah usaha bagaimana
memanusiakan manusia, menciptakan keadailan di segala lini kehidupan yang
berdasarkan hukum yang jelas, serta membangun umat yang berideologikan Islam.
Semua dapat kita contoh dari apa yang dilakukan Rasulullah SAW kepada umatnya
dalam kurun waktu dakwahnya baik itu ketika di Mekah maupun Madinah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Ahmad Al-Usairy,
Sejarah Islam “Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX”, Diterjemahkan Oleh
H. Samson Rahman, Cetakan Kelima, Akbar, Jakarta, 2007
Amru Kholid, Inny
Jailun Fil Ardhi Khalifah, Darul Ma’rifah, Beirut-Lebanon, 2006
Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, Pustaka Setia, Bandung, 2008
Dr. Raghib
Sarjani, Ushwatun Lil’alamin, Cetakan Kedua, Aqlam Lin-Nasyri Wat-Tauzi’
Wat-Tarjamah, Kairo, 2011
Imam Jalaluddin
Ab-Durahman, Tarikh Khulafa, Darul Kita Ilmiah, Lebanon, 2008
Jalaluddin
Rakhmat, The Road To Muhammad, Mizan, Bandung, 2009
Said Hawwa, Ar-Rasul
Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, Diterjemahkan Oleh Abdul Hayyie Al-Katani
DKK, Gema Insani Press, 2003
Syamruddin Nst, Sejarah
Peradaban Islam, Pusaka Riau, Pekanbaru
Tarikh Islam,
Maktabah Syamilah
[2] Syamruddin Nst, Sejarah Peradaban Islam,
Pusaka Riau, Pekanbaru, Hal: 12-13
[3] Dr. Raghib Sarjani, Ushwatun
Lil’alamin, Cetakan Kedua, Aqlam Lin-Nasyri Wat-Tauzi’ Wat-Tarjamah, Kairo,
2011, Hal: 17
[4] Ibid, Hal: 21
[5]
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam “Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX”, Diterjemahkan Oleh H. Samson Rahman,
Cetakan Kelima, Akbar, Jakarta, 2007, Hal: 105
[6] Jalaluddin Rakhmat, The Road To
Muhammad, Mizan, Bandung, 2009, Hal: 79
[7] Ibid, Hal: 80
[8] Ibid, Hal: 90
[9] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam,
Pustaka Setia, Bandung, 2008, Hal: 64
[10]
Said Hawwa, Ar-Rasul Shallallahu
‘alaihi Wa Sallam, Diterjemahkan Oleh Abdul Hayyie Al-Katani DKK, Gema
Insani Press, 2003, Hal: 199-200
Tidak ada komentar:
Posting Komentar