JIHAD DAN NIAT SEBAGAI ESENSI HIJRAH
By: Aidillah Suja, S.Pd.I
Selama Rosulullah berdakwah 11
tahun di Mekkah, ternyata kurang diterima oleh rakyat Mekkah, bahkan mendapat
perlawanan dari kaum kafir Quraish yang menghambat dakwahnya, akhirnya
Rosulullah memerintahkan para sahabat untuk melakukan hijrah ke tempat lain.
Sedangkan hijrahnya Rosulullah itu sendiri ada empat kali, pertama ke habasyah,
ke Ethiopia ,
ke Thaif, dan yang terakhir ke madinah. Hijrahnya Rosulullah yang terakhir
inilah yang dijadikan sebagai permulaan tanggal dan tahun baru Hijriyah oleh
Khalifah Umar bin Khattab RA.
Pada hijrah yang terakhir ini para
ulama berpendapat bahwa Rosulullah melakukan hijrah bukan sebagai pelarian dari
kejaran kaum kafir, tapi merupakan strategi dakwah Rosulullah untuk membentuk
kekuatan baru yang lebih besar di Madinah. Pada saat itu Rosulullah melakukan
politik mundur selangkah tapi maju tiga langkah. Terbukti ketika
Rosulullah kembali ke Mekkah, Rosulullah membawa kekuatan kaum muslimin yang
sangat besar.
Sebelum datangnya Rosulullah ke
Madinah, di Madinah sudah terbentuk kekuatan islam. Kekuatan tersebut dari
orang-orang yang membai’atkan diri kepada Rosulullah, yaitu pada Bai’atul
Aqobah yang dilakukan sebanyak dua kali. Pada Bai’atul Aqobah yang pertama beberapa
orang datang kepada Rosulullah membai’at dirinya, kemudian pulang dengan
menyebarkan dakwah Islam. Pada bai’at kedua beberapa orang lebih banyak lagi
dari yang pertama, datang membai’atkan diri untuk setia kepada Rosulullah,
kemuian mereka kembali menybarkan dakwahnya. Pada saat itulah ummat Islam di
Madinah mulai berkembang dengan pesat.
Di saat Rosulullah merasa kekuatan
di Madinah menjadi lebih besar, Rosulullah berhijrah ke Madinah untuk menyusun
kekuatan baru. Dengan jumlah yang besar ummat Islam di Madinah, Rosulullah
datang di Madinah sudah disambut dengan senang hati oleh kaum Anshar dengan
tembang “ thala ‘al badru ‘alaina…”.
Hijrah secara bahasa berarti
perpindahan. Sedangkan secara maknawi, hijrah adalah pindahnya Rosulullah dari
Mekkah menuju Madinah untuk menyusun kekuatan lebih besar.
Secara lebih lanjut, setelah
terjadinya hijrah ke Madinah, Rosulullah mengatakan ketika Fathul Mekkah. “laa
hijrota ba’da-l fathi innama jihadaau-n wa niyyah”. Hadist ini menerangkan
bahwa tidak ada hijrah lagi setalah terjadinya Fathul Makkah, yang ada hanyalah
jihad dan niat. Inilah yang dimaksud dengan ruh hijrah yang sebenarnya. Mengapa
Rosulullah sampai mau meninggalkan tempatnya dan para sahabatnya untuk
berhijrah?. Hal ini dilakukan karena ia tahu ruh hijrah yang sebenarnya yaitu
jihad kemudian niat.
Rosulullah bersabda innama-l
a’malu bi-nniyah wa innama likulli-m ri-in maa nawaa, waman kaanat hijratuhu
ilaLlahi wa rosuliHi, fahijratuhu ilaLlahi wa rosuliHi, waman kaanat hijratuhu
li-dunyahu au yushibuhaa, au imra-atin tankihuhaa fahijratuhu ilaihi.[1]
Dari hadits di atas dapat di simpulkan bahwa asensi dari hijrah itu adalah
jihad dan niat. Akan kemanakah niat jihad kita arahkan, kepada allah dan
rasulnya, untuk dunia, atau untuk seseorang yang akan dinikahi. Semuanya itu
akan sampai kepada niatnya masing-masing.
Beberapa tahun yang lalu umat islam
telah memperingati tahun baru hijriyah. Tapi hikmah apa yang dapat diambil dari
peristiwa hijrahnya rasulullah dengan memperingati tahun baru hijriyaah tersebut?
Diantara yang dapat diambil hikmahnya dari peristiwa hijrah, seperti yang sudah
diterangkan diatas yaitu jihad dan niat rasulullah meninggalkan hawa nafsunya,
kemudian jihad melawan perlawanan kaum kafir pada saat itu.
Dua hal antara jihad dan niat merupakan
dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karna antara jihad dengan niat saling menguatkan
satu sama lain. Jika jihad tanpa disertai dengan niat li I’lai kalimatillah
akan sia-sia. Dan niat tanpa disertai jihad di jalan allah akan sia-sia pula.
Beberapa contoh jihad yang tidak di
landaskan dengan niat tulus. Sebagian orang mengatakan bahwa darinya melakukan
jihad dari tulisan, jihad lewat omongan atau yang lain sebagainya. Namun apakah
benar niatnya li I’lai kalimatillah, atau bahkan
sebaliknya. Bahkan mungkin perbuatannya malah jauh dari nilai-nilai jihad itu
sendiri, sehingga di anggap sebagai perbuatan yang sia-sia belaka oleh allah
SWT.
Hal ini digambarkan dalam surat al-kahfi yang
artinya sebagai berikut:
“yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
mereka berbuat sebaik-baiknya.[2]
Artinya mereka mengangap bahwa
perbuatanya sebagai kebaikan dan merupakan jihad di jalan Allah, namun ternyata
malah menyesatkan ummat Islam itu sendiri. Contoh ada beberapa kelompok islam
di Indonesia
ini yang kelihatan Islam, menganggap semua yang dilakukannya sebagai jihad di
jalan Allah, namun ternyata malah menghancurkan dengan memecahbelah ummat Islam
dari dalam. Dan sekali lagi Allah hanya menganggapnya sebagai perbuatan yang
sia-sia.
Selain daripada jihad dan niat yang
dapat kita ambil hikmahnya adalah keberanian seorang muslim untuk menunggalkan
kampong halaman untuk memproleh tujuan yang besar untuk memprejuangkan agama
Allah dengan bentuk apapun perjuangan itu, baik itu mencari ilmu, mengajar,
atau yang lain sebagainya.
Kemudian melalui peringatan
hijriyah ini ummat Islam perlu mengadakan intropeksi diri (muhasabah), apa
kekurangan-kekurangan pada tahun kemarin yang harus ditambal, apa kelebihan yang
harus dipertahankan. Karena ibarat seperti dalam pembukuan, setiap tutup buku,
kemudian membuka lembaran baru, maka seseorang akan berharap menjadi lebih baik
dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang telah lalu, jika demikian dalam
pembukuan apa lagi sebagai seorang muslim.
Maka semua berharap tahun mendatang
lebih baik dari tahun kemarin. Walaupun terkadang tidak tahu apakah perbuatan
itu baik atau benar, tapi semuanya sudah jelas antara yang halal dan yang
haram. dan untuk para pelajar yang sedang mencari ilmu yang harus dilakukan
adalah tajididu-niyyah (pembaharuan niat), untuk apa ia belajar matematika,
bahasa inggris, ekonomi,dan lain-lain. Apakah itu betul-betul di jalan Allah,
atau hanya agar dilihat untuk mencari popularitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar