AL-QUR’AN
Al-Qur’an adalah Kalamullah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, membacanya merupakan suatu ibadah.[1]
Dalam sumber lain dikatakan Al-Qur’an adalah kalamullah SWT sebagai mu’jizat
yang diturunkan kepada Rasulullah sebagai wahyu, yang tertulis di dalam
mushap-mushap dan terjaga di dalam hati, dibaca dengan lisan, didengar dengan
telinga, dan sampai kepada kita melalui jalan
mutawatir, dan muta’abbad bi tilawatihi.[2]
Al-Qur’an
yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan
Allah SWT yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia
mengenal tulis-baca lima ribu tahun lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an
Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia.[3]
Tiada
bacaaan seperti Al-Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan
pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan
sampai kepada kesan yang ditimbulkannya.[4]
Sebuah
bacaan yang tidak hanya indah dari segi lafaznya melainkan juga indah dari segi
maknanya. Bacaan yang dengan mendengarnya bagaikan lantunan musik yang indah
untuk didengar. Bacaan yang dengan menghayati maknanya dapat menentramkan kalbu. Sungguh sebuah bacaan
yang luar biasa dengan keindahan lafaznya dan maknanya.
Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci
yang dijamin pemeliharaannya oleh Allah SWT. Allah berfirman:
$¯RÎ)
ß`øtwU
$uZø9¨tR tø.Ïe%!$#
$¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm:
ÇÒÈ
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Berbeda dengan kitab suci lainnya, Al-Qur’an
memiliki kemukjizatan yang sampai akhir zaman tidak akan dapat tertandingi.
Terbukti, tidak satupun orang yang berhasil membuat satu surat, bahkan satu
ayat saja yang setara keindahannya dan hikmahnya dengan Al-Qur’an. Allah
berfirman:
bÎ)ur
öNçFZà2 Îû 5=÷u
$£JÏiB
$uZø9¨tR 4n?tã
$tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB
¾Ï&Î#÷VÏiB
(#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB
Èbrß «!$#
cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹
ÇËÌÈ
Artinya: Dan jika kamu (tetap) dalam
keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Kalaupun ada orang-orang yang mencoba
membuat dan memalsukan Al-Qur’an satra buatannya, tetap tidak akan pernah dapat
menandingi keindahan bahasa, bacaan, serta kedalaman makna yang terkandung di
dalam Al-Qur’an.
I’JAZUL QUR’AN
I’jaz berasal dari bahasa arab yang
berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Secara etimologi yang dimaksud
i’jaz adalah tanda-tanda kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebgai Rasul dan
menampakkan kelemahan orang-orang yang menampakkan mukjizatnya. I’jazul Qur’an
atau kemikjizatan Al-Qur’an adalah kekuatan, keunggulan, dan keistimewaan yang
dimiliki oleh Al-Qur’an, sehingga tidak satupun manusia yang dapat
menandinginya walaupun mereka menghimpun kelompok.
Mukjizat
didefenisikan para ulama Islam, antara lain sebagai suatu hal atau peristiwa
luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti
kenabiannya yang mendatangkan hal yang serupa, tapi mereka tidak mampu melayani
tantangan itu. Dengan redaksi yang berbeda mukjizat juga diartikan sebagai
sesuatu luar biasa yang diperlihatkan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan
Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Al-Qur’an
adalah kitab petunjuk bagi seluruh manusia (Hudan linnas), yang di dalamnya juga
mengandung penjelasan (bukti-bukti) sebgai petunjuk. Bukti-bukti itulah yang
dikatakan sebagai mukjizat, karena dengan bukti-bukti itu manusia tidak dapat
mengingkari kebenaran isi Al-Qur’an. Selain mukjizat dari segi kekuatan bahasa,
ketepatan berita sejarah maupun kejadian yang akan datang, serta keadilan
hukum-hukum yang dikandungnya, terdapat pula dari segi ilmiah (Sains dan
teknologi) yang beberapa faktanya baru bisa kita saksikan di zaman mutakhir
ini.
Mukjizat Al-Qur’an Ditinjau Dari Aspek Keindahan
Bahasanya
Al-Qur’an pertama kali berinteraksi
dengan masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad SAW. Keahlian mereka adalah
bahasa dan sastra, di mana-mana terjadi perlombaan dalam menyusun syair atau
khutbah, petuah dan nasihat. Syair-syair yang dinilai indah di gantung di
ka’bah sebagai penghormatan terhadap penggubahnya sekaligus untuk dapat
dinikmati oleh yang membacanya. Penyair mendapat kedudukan yang istimewa dalam
masyarakat Arab. Mereka dinilai sebagai pembela kaumnya, dengan syair gubahannya
mereka mengangkat reputasi suatu kaum atau seseorang dan sebaliknya dapat
menjatuhkannya.
Pada hakikatnya orang-orang yang
hidup pada zaman turunnya Al-Qur’an merupakan masyarakat yang mengetahui
keistimewaan dan keunikan serta keindahan Al-Qur’an, dimana mereka tidak
sanggup untuk menyusun yang semisal dengan Al-Qur’an. Namun mereka mengingkari
itu semua dan menolak dengan cara mereka sendiri. Tidak heran dalam Q.S.
Al-Isra ayat 88 dijelaskan:
@è%
ÈûÈõ©9
ÏMyèyJtGô_$#
ߧRM}$# `Éfø9$#ur
#n?tã
br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/
#x»yd
Èb#uäöà)ø9$# w
tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur
c%x. öNåkÝÕ÷èt/
<Ù÷èt7Ï9
#ZÎgsß
ÇÑÑÈ
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain".
Dari
sisi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keistimewaan dan keindahan Al-Qur’an
dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukkan
kepada masyarakat Arab yang dihadapi Al-Qur’an.
Sebelum
seseorang terpesona dengan keunikan dan kandungan Al-Qur’an, terlebih dahulu ia
akan terpukau dengan susunan dan kalimat Al-Qur’an yang indah baik dari segi
lafaz maupun dari segi maknanya yang mana nada dan langgamnya sangat nikmat
untuk di dengar oleh telinga dan maknanya sangat nikmat untuk dihayati.
Misalnya dengan keunikan dan ritme dan iramanya yang ada di Q.S. An-Nazi’at ayat 1-14:
ÏM»tãÌ»¨Y9$#ur
$]%öxî ÇÊÈ ÏM»sÜϱ»¨Z9$#ur $VÜô±nS ÇËÈ ÏM»ysÎ7»¡¡9$#ur $[sö7y ÇÌÈ ÏM»s)Î7»¡¡9$$sù $Z)ö7y ÇÍÈ ÏNºtÎn/yßJø9$$sù
#XöDr& ÇÎÈ tPöqt
ß#ã_ös?
èpxÿÅ_#§9$#
ÇÏÈ $ygãèt7÷Ks? èpsùÏ#§9$#
ÇÐÈ Ò>qè=è% 7Í´tBöqt
îpxÿÅ_#ur ÇÑÈ $ydã»|Áö/r&
×pyèϱ»yz ÇÒÈ tbqä9qà)t
$¯RÏär& tbrßrßöyJs9
Îû ÍotÏù$ptø:$# ÇÊÉÈ #sÏär& $¨Zä. $VJ»sàÏã
ZotϪU
ÇÊÊÈ (#qä9$s%
y7ù=Ï?
#]Î) îo§x.
×ouÅ %s{ ÇÊËÈ $oÿ©VÎ*sù }Ïd
×otô_y
×oyÏnºur ÇÊÌÈ #sÎ*sù Nèd ÍotÏd$¡¡9$$Î/
ÇÊÍÈ
Lihatlah susunan Al-Qur’an di atas,
sungguh asyik untuk diucapkan dan nikmat untuk didengar oleh telinga. Susunan
kata seperti ini dalam ilmu Badi’ dinamakan dengan Ushlub Saja’. Dan susunan
seperti ini dalam ilmu Badi’ disebut dengan keindahan dari segi lafaz.
Contoh lainya dari keindahan yang ada di
dalam Al-Qur’an:
$¨Br'sù
ô`tB
4sÜôãr&
4s+¨?$#ur
ÇÎÈ s-£|¹ur
4Óo_ó¡çtø:$$Î/
ÇÏÈ ¼çnçÅc£uãY|¡sù
3uô£ãù=Ï9
ÇÐÈ $¨Br&ur .`tB
@Ïr2
4Óo_øótGó$#ur
ÇÑÈ z>¤x.ur
4Óo_ó¡çtø:$$Î/
ÇÒÈ ¼çnçÅc£uãY|¡sù
3uô£ãèù=Ï9
ÇÊÉÈ
Artinya:
Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik
(syurga), Maka Kami kelak akan
menyiapkan baginya jalan yang mudah.
Dan
Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar.
Ayat di atas merupakan susunan Al-Qur’an
yang dalam ilmu Badi’ disebut keindahan dari segi makna. Lihatlah makna dari
ayat di atas, paragraf kedua merupakan lawan kata dari paragraf yang pertama,
dimana ini jika kita hayati sangatlah nikmat untuk dihayati. Selain indah
maknanya juga tidak melenceng. Ini sungguh luar biasa, hanya Allah SWT lah yang
dapat mendatangkan susunan kalimat yang seindah ini baik dari segi lafaz maupun
makna.
ILMU BALAGHOH
Sebelum
kita membahas tentang keindahan lafaz dan makna yang terdapat dalam ilmu Badi’
ada baiknya kita membahas terlebih dahulu apa itu ilmu Balaghoh. Karena pada
hakikatnya ilmu badi adalah salah satu dari pembahasan ilmu Balaghoh.
Balaghoh
menurut Ahmad Hasyim dalam Jawahirul Balaghohnya didefinisikan:
البلاغة
هي تأدية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة.[5]
Balaghoh
adalah mengungkapkan makna yang agung dan jelas dan ungkapan yang benar dan
fasih.
Sementara
menurut Ali Jarim dan Mustafa Amin dalam Al-Balaghotu Al-Wadhihahnya
mendefinisikan:
البلاغة
هي تأدية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة، لها في النفس أثر خلاف، مع
ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه، و الأشخاص الذين يخاطبون.[6]
Balaghoh
adalah mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan
fasih, memberi bekas yang berkesan di lubuk hati, dan sesuai dengan situasi,
kondisi, dan orang-orang yang diajak bicara.
Sementara
menurut Jalaluddin Muhammad Ibnu Abdurrahman Ibnu Umar Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad
dalam bukunya yang berjudul Al-Idhoh Fi Ulumil Balaghoh mendefinisikan:
البلاغة هي علم له قواعده، و فن له أصوله و أدواته، كما لكل
علم و فن.
Balaghoh
adalah ilmu yang mempunyai kaidah-kaidah, dan seni yang mempunyai asal dan
alat-alat, sebagaimana apa yang dimiliki setiap ilmu dan seni.
Dari
beberapa definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa balaghoh adalah
penyampaian suatu pesan dengan menggunakan ungkapan yang fasih, relevan antara
lafal dengan kandungan maksudnya, memperhatikan situasi, kondisi orang yang
diajak bicara serta ia merupakan seni dengan alat-alat yang dimilikinya.
ILMU BADI’
Ilmu
badi adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui bentuk-bentuk dan
keutamaan-keutamaannya yang dapat menambah nilai keindahan dan estetika suatu
ungkapan, membungkusnya dengan bungkus yang dapat memperbagus dan memperindah
ungkapan itu, disamping relevansinya dengan keadaan.
Menurut
Jalaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Umar bin Ahmad bin Muhammad dalam
bukunya Al-Idhoh Fi Ulumil Balaghoh Ilmu badi’ adalah:
علم
البديع هو علم يبحث في طرق تحسين الكلام، و تزين الألفاظ و المعاني بألوان البديعة
من الجمال اللفظ و المعنوي.[7]
Artinya: Ilmu badi’ adalah ilmu yang membahas bagaimana memperindah
ungkapan, dan menghiasi lafadz dan makan dengan warna keindahan yang bersifat
lafadz dan makna.
Dalam
definisi lain ilmu badi’ juga diartikan ilmu yang dengannya dapat diketahui
macam-macam keindahan dalam suatu ungkapan yang relevansi dengan keadaan.
Dari definisi di atas kita dapat
menarik kesimpulan bahwa ilmu badi’ adalah ilmu yang membahas tentang suatu
keindahan pada sebuah ungkapan. Ilmu inilah yang akan dioperasikan dalam
menentukan keindahan-keindahan yang terdapat di dalam Al-Qur’an.
Ilmu
badi’ dibagi menjadi dua yaitu muhassinatul lafdziyah dan muhassinatul
maknawiyah.
Muhassinatul lafdziyah adalah gaya
bahasa yang menjadikan kata-kata lebih indah dan enak untuk didengar dari segi
lafadz atau artikulasi bunyinya. Atau dapat juga diartikan dengan sebuah bentuk
keindahan yang menitik beratkan pada segi lafadznya.
Muhassinatul
lafdziyah terbagi lagi kepada beberapa pembahasan yaitu Al-jinas, As-Saja’,
At-Tarsi’, At-Tasythir, dan Raddul I’jaz ‘Ala As-Shudur, Dll. Namun yang akan dibahas dalam buku ini
hanyalah pembahasan yang ungkapannya terdapat di dalam Al-Qur’an.
Sedangkan
muhassinatul maknawiyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata lebih
indah dan enak untuk didengar dari segi maknanya. Atau dapat juga
diartikan dengan sebuah bentuk keindahan yang menitik beratkan pada segi maknanya.
Adapun
muhassinatul maknawiyah juga terbagi kepada beberapa pembahasan yaitu
At-Tauriyah, At-Thibaq, Al-Muqobalah, Husnu At-Ta’lil, Ta’kid Al-Madhi Bima
Yusyabbihu Az-Zam, Ta’kid Az-Zam Bima Yusyabbihu Al-madhi, dan At-Tausyi’, Dll.
Namun yang akan dibahas dalam buku ini hanyalah pembahasa yang ungkapannya
tedapat di dalam Al-Qur’an.
AT-TAURIYAH
Tauriyah
adalah menyebutkan suatu kata yang mufrad atau tunggal, yang mempunyai dua
makna yaitu makna dekat (familiar) dan jelas tetapi itu bukan makna yang
dimaksud atau diinginkan, dan yang kedua yaitu makna jauh (tidak familiar) dan
samar dan inilah makna yang dimaksud atau diinginkan.
Menurut
Ali Jarim dan Musthafa Amin dalam bukunya Al-Balaghoh Al-Wadhihah tauriyah
adalah:
التورية
: أن يذكر المتكلّم لفظا مفردا له معنيان، قريب ظاهر غير مراد، و بعيد خفيّ هو
المراد.[8]
Artinya: tauriyah adalah penyebutan suatu
kata yang mufrad, yang mempunyai dua makna; pertama, makna dekat dan jelas yang
tidak dimaksudkan; kedua, makna yang jauh dan samar yang dimaksudkan.
Berikut beberapa contoh dari ungkapan yang
berbentuk tauriyah:
THIBAQ
Thibaq adalah mengumpulkan dua kata
yang berlawanan dalam satu ungkapan
atau kalimat.
Menurut Ali Jarim dan Musthafa Amin
dalam bukunya Al-Balaghoh Al-Wadhihah thibaq adalah:
الطباق: الجمع بين الشيئ و ضدّه في الكلام، وهو نوعان: طباق
الإيجاب و طباق السلب.
Artinya: thibaq adalah berkumpulnya dua
kata yang berlawanan dalam suatu kalimat. Thibaq ada dua macam thibaq ijab dan
thibaq salab.
Thibaq ijab adalah berkumpulnya dua kata
yang berlawan yang tidak mengandung positif dan negatif.
Thibaq
salab adalah berkumpulnya dua kata yang berlawanan yang mengandung positif dan
negatif.
Berikut beberapa contoh dari ungkapan yang
berbentuk thibaq:
1.
öNåkâ:|¡øtrBur $Wß$s)÷r&
öNèdur
×qè%â 4
Artinya: Dan kamu mengira mereka itu
bangun, Padahal mereka tidur.
2.
¼çm¯Rr&ur
uqèd
y7ysôÊr&
4s5ö/r&ur
ÇÍÌÈ
Artinya: Dan bahwasanya Dialah yang
menjadikan orang tertawa dan menangis.
3.
¼çm¯Rr&ur
uqèd
|N$tBr& $uômr&ur ÇÍÍÈ
Artinya: Dan bahwasanya Dialah yang
mematikan dan menghidupkan.
4.
`tBurr&
tb%x. $\GøtB çm»oY÷uômr'sù
Artinya: Dan Apakah orang yang sudah mati
kemudian Dia Kami hidupkan.
5.
tbqàÿ÷tGó¡o
z`ÏB
Ĩ$¨Z9$#
wur
tbqàÿ÷tGó¡o z`ÏB
«!$#
u
Artinya: Mereka bersembunyi dari manusia,
tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah.
6.
ãNn=÷ès? $tB Îû ÓŤøÿtR Iwur
ÞOn=ôãr&
$tB Îû y7Å¡øÿtR
4 y
Artinya: Engkau mengetahui apa yang ada
pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
7.
xsù (#âqt±÷s?
}¨$¨Y9$#
Èböqt±÷z$#ur
Artinya: Karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.
Penjelasannya:
- Jika kita amati
contoh pertama maka kita dapatkan dua kata yang berlawanan dalam satu
kalimat atau ungkapan. Yaitu kata yang pertama adalah “aiqaazhann”
yang berarti bangun dan kata yang kedua adalah “ruquud” yang
berarti tidur.
- Sementara contoh yang
kedua itu berkumpulnya kata “adhaka” yang berarti tertawa dan “abka” yang
berarti menangis dalam satu kalimat atau ungkapan.
- Contoh ketiga
berkumpulnya kata “amaata” yang berarti mematikan dan “ahya” yang berarti
menghidupkan dalam satu kalimat atau ungkapan.
- Contoh keempat
berkumplunya kata “maitan” yang berarti mati dan kata “ahyainaahu” yang
berarti kami hidupkan dalam satu kalimat atau ungkapan.
- Contoh kelima
berkumpulnya kata “yastakhfuuna” yang berarti mereka bersembunyi dan “la yastakhfuuna” yang berarti mereka tidak bersembunyi dalam satu
kalimat. Dan kalimat yang mengandung positif dan negatif inilah yang
disebut dengan thibaq salab. Kata yang pertama menyatakan positif dan kata
yang kedua menyatakan negatif.
- Contoh keenam berkumpulnya kata “ta’lamu” yang
berarti mengetahui dan “la a’lamu” yang berarti tidak mengetahui dalam
satu kalimat atau ungkapan. Contoh ini juga disebut dengan thibaq salab
karena mengandung positif dan negatif di dalamnya.
- Contoh ketujuh berkumpulnya kata “la
takhsyau” yang berarti jangan takut dan kata “ikhsyau” yang berarti
takutlah dalam satu kalimat atau ungkapan. Contoh ini juga disebut dengan
thibaq salab karena mengandung positif dan negatif di dalamnya.
Untuk memudahkan kita dalam menganalisanya
ada baiknya kita lihat tabel ushlub[9]
thibaq berikut:
TABEL USHLUB THIBAQ
No
|
Kalimat/Ungkapan
|
Kata 1
|
Makna Kata 1
|
Kata 2 (lawannya)
|
Makna kata 2
|
1
|
Nåkâ:|¡øtrBur $Wß$s)÷r&
öNèdur
×qè%â 4
|
$Wß$s)÷r&
|
Bangun
|
qè%â
|
Tidur
|
2
|
¼çm¯Rr&ur uqèd y7ysôÊr& 4s5ö/r&ur
|
y7ysôÊr&
|
Tertawa
|
s5ö/r&
|
Menangis
|
3
|
¼çm¯Rr&ur uqèd |N$tBr& $uômr&ur
|
N$tBr&
|
Mematikan
|
$uômr&
|
Menghidupkan
|
4
|
`tBurr& tb%x. $\GøtB çm»oY÷uômr'sù
|
$\GøtB
|
Mati
|
çm»oY÷uômr'sù
|
Hidup
|
5
|
tbqàÿ÷tGó¡o z`ÏB
Ĩ$¨Z9$# wur
tbqàÿ÷tGó¡o z`ÏB «!$#
|
tbqàÿ÷tGó¡o
|
Bersembunyi
|
wur tbqàÿ÷tGó¡o
|
Tidak bersembunyi
|
6
|
ãNn=÷ès?
$tB
Îû
ÓŤøÿtR Iwur ÞOn=ôãr& $tB Îû y7Å¡øÿtR
|
Nn=֏s?
|
Mengetahui
|
Iwur ÞOn=ôãr&
|
Tidak mengetahui
|
No
|
Kalimat/Ungkapan
|
Kata 1
|
Makna Kata 1
|
Kata 2 (lawannya)
|
Makna kata 2
|
7
|
xsù (#âqt±÷s?
}¨$¨Y9$# Èböqt±÷z$#ur
|
xsù (#âqt±÷s?
|
Jangan takut
|
böqt±÷z$#ur
|
Takutlah
|
Subhanallah begitu indahnya Allah ciptakan
Al-Qur’an dengan segala keindahannya. Salah satunya ialah ushlub thibaq yang
baru saja kita bahas. Dimana didalamnya terdapat dua kata yang berlawanan dalam
satu kalimat atau ungkapan namun tidak merusak makna dan maksud dari kalimat
tersebut. Mungkin kita bisa saja membuat kalimat yang di dalamnya terdapat dua
kata yang berlawanan, namun pasti maknanya tidak seperti yang terdapat di dalam
Al-Qur’an dimana maknanya indah dan enak untuk dihayati dan maknanya mengalir
halus sesuai dengan maksud yang diinginkan. Ini dikarenakan Al-Qur’an bukanlah
sastra melainkan Ia adalah wahyu Allah namun di dalam Al-Qur’an terdapat sastra
yang tidak tertandingi oleh siapapun. Ushlub thibaq ini termasuk salah satu
rahasia-rahasia keindahan Al-Qur’an.
Adapun tujuan mendatangkan Al-Qur’an
dengan uhslub seperti ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an
2.
Untuk memprindah Al-Qu’an dari segi maknanya
3.
Untuk memudahkan dalam menghafal
MUQOBALAH
Muqobalah adalah mendatangkan dua
makna atau lebih kemudian mendatangkan lawan katanya secara tertib.
Menurut Ali Jarim dan Musthafa Amin
dalam bukunya Al-Balaghoh Al-Wadihah muqobalah adalah:
المقابلة
أن يؤتى بمعنين أو أكثر، ثم يؤتى بما يقابل ذالك علي الترتيب.
Artinya: didatangkannya dua makna
atau lebih, lalu didatangkan makna-makna yang berlawanan dengannya secara
tertib.
Sementara menurut Jalaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Umar bin
Ahmad bin Muhammad dalam bukunya Al-Idhoh Fi Ulumil Balaghoh Muqobalah adalah:
المقابلة هي أن يؤتى بمعنين متوافقين أو معان
متوافقة ثم بما يقابلهما أو يقابلها علي الترتيب.
Artinya:
Muqobalah adalah mendatangkan dua makna yang bersusuaian atau lebih kemudian
mendatangkan lawan makna-makna tersebut secara tertib.
Berikut
beberapa contoh dari ungkapan yang berbentuk Muqobalah:
- (#qä3ysôÒuù=sù WxÎ=s% (#qä3ö7uø9ur #ZÏVx.
Artinya: Maka hendaklah mereka tertawa
sedikit dan menangis banyak.
- $uZù=yèy_ur @ø©9$# $U$t7Ï9 ÇÊÉÈ
$uZù=yèy_ur u$pk¨]9$# $V©$yètB ÇÊÊÈ
Artinya: dan Kami jadikan malam sebagai
pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.
- $¨Br'sù ô`tB 4sÜôãr& 4s+¨?$#ur ÇÎÈ
s-£|¹ur 4Óo_ó¡çtø:$$Î/ ÇÏÈ
¼çnçÅc£uãY|¡sù 3uô£ãù=Ï9 ÇÐÈ
$¨Br&ur .`tB @Ïr2 4Óo_øótGó$#ur ÇÑÈ
z>¤x.ur 4Óo_ó¡çtø:$$Î/ ÇÒÈ
¼çnçÅc£uãY|¡sù 3uô£ãèù=Ï9 ÇÊÉÈ
Artinya: Adapun orang yang memberikan
(hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang
terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan
Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala terbaik, Maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.
- ôs% yxn=øùr& `tB $yg8©.y ÇÒÈ
ôs%ur z>%s{ `tB $yg9¢y ÇÊÉÈ
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
- `yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ
`tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.
- $¨Br'sù ÆtB ôMn=à)rO ¼çmãZκuqtB ÇÏÈ
uqßgsù Îû 7pt±Ïã 7puÅÊ#§ ÇÐÈ
$¨Br&ur ô`tB ôM¤ÿyz ¼çmãZκuqtB ÇÑÈ
¼çmBé'sù ×ptÍr$yd ÇÒÈ
Artinya: Dan Adapun orang-orang yang berat
timbangan (kebaikan)nya, Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan
Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya
adalah neraka Hawiyah.
Penjelasannya:
- Jika kita amati contoh pertama maka kita akan
temukan dua makna yaitu yadhhaku (tertawa) dan qolilan
(sedikit), kemudian didatangkan setelahnya dua makna lawan kata dari dua
makna pertama yaitu yabku (menangis) dan katsiran (banyak).
- Kemudian contoh yang kedua dimana kita
temukan dua makna yaitu al-lail (malam) dan libasan
(pakaian/beristirahat), kemudian didatangkan setelahnya dua makna lawan
kata dari dua makna pertama yaitu an-nahar (siang) dan ma’asyan
(berkerja).
[1]
Mana’ul Quthni, Mabahis Fi Ulumil Qur’an, Percetakan Hidayah, Surabaya,
Hal: 21
[2]
Tauhid 2 Untuk Kelas Lima Kulliyatul Mu’allimin Al-Islamiyyah di Pondok
Modern Darussalam, Percetakan Darussalam: Gontor Ponorogo, Hal 49
[3] M.
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Mizan, Bandung, hal: 3
[4]
Ibid
[5]
Ahmad Hasyim, Jawahirul Balaghoh,
Darul Ihyaul Kutub Al-Ilmiyah, Indonesia, Tahun 1960, Hal: 31
[7]
Jalaluddin Muhammad bin Abdurrahman
bin Umar bin Ahmad bin Muhammad, Al-Idhoh Fi Ulumil Balaghoh, Darul
Kutub Al-Ilmiyah, Baerut-Lebanaon, Tahun 2003, Hal: 5
[8] Op.cit, Ali Jarim dan Musthafa Amin, Hal
277
[9] Ushlub disini artinya adalah
ungkapan, jadi jika dikatakan uhslub thibaq maka artinya adalah ungkapan yang
mengandung bentuk thibaq. Begitu pula seterusnya ada ushlub muqobalah, ushlub
jinas, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar